'Aisyiyah

Gerakan Perempuan Muslim Berkemajuan

Berita
Tak Kenal Maka Tak Cinta oleh : Hayati Nufus Ishak
10 Juli 2022 20:26 WIB | dibaca 201

TAK KENAL MAKA TAK CINTA

Oleh : Hayati Nufus Ishak
MIM Bloran, Kerjo Karanganyar
 
Salah satu budaya sekolah yang dibangun di MIM Bloran adalah cinta ilmu dan cinta belajar. Budaya ini diharapkan menjadi daya dorong yang kuat bagi para guru dan karyawan agar menjadi insan pembelajar di setiap waktu dan tempat, sebagai wujud cinta pada misi profetik sang nabi panutan kita Muhammad SAW  yaitu IQRO.
 
Pekan kedua libur akhir tahun  pelajaran 2021/2022 di hari Selasa 4 Zulhijjah 1443 Hijriah, MIM Bloran mengadakan kajian keilmuan atau  upgrading yang diikuti oleh hampir semua guru dan karyawan. Kegiatan yang mengambil tema Mengenali Karakteristik Anak Didik itu menghadirkan  seorang psikolog dari Tangerang Banten yang didapuk sebagai narasumber. Ibu Siti Khumaeroh S.Psi sang narasumber adalah seorang psikolog yang sehari-harinya melayani jasa konseling psikologi di klinik Ummi Tangerang.  Psikolog yang alumni fakultas psikologi Universitas Muhammadiyah Malang dan Universitas Pajajaran Bandung itu mempresentasikan ilmu yang cukup menarik atensi peserta kajian sehingga membuat mereka tampak betah dan exciting menikmati   alur paparan materi dan diskusinya dalam durasi yang  cukup  panjang.
 
Tema mengenali karakteristik anak didik dipilih karena merupakan hal yang sangat penting bagi MIM Bloran dalam rangka   menyiapkan para guru agar dapat memberi pembelajaran dan pengalaman belajar yang lebih baik bagi anak didik di masa- masa.yang akan datang.
Selanjutnya penulis akan memaparkan  hasil kajian psikologi yang telah berlangsung pada tanggal tersebut. 
 
Mengawali kajian lantunan tilawah al Quran surat Yunus ayat 62-69   oleh Ustadz Nanang Riyadi terasa menyempurnakan akhir dari perjalanan majlis ilmu yang baru dimulai pada pagi hari itu. Penulis  yakin bahwa tujuan akhir selalu menentukan capaian sebuah perjalanan. Memulai amal soleh dengan asma dan kalam Allah selalu menjadikan kita insaf diri bahwa kegiatan apapun yang kita lakukan harus bermuara pada  mencari ridha Allah,  hal tersebut akan memberi bobot berkah dari setiap kegiatan di MIM Bloran.
 
Majlis ilmu dimulai dengan pertanyaan menarik tentang  bedanya menjadi pengajar dan pendidik. Menurut nara sumber tugas  utama seorang guru  adalah mendidik bukan hanya mengajar karena mengajar lebih berfokus pade aspek transfer knowledge atau pengetahuan sedangkan mendidik adalah mentransfer ilmu dan menanamkan  prilaku baik (adab) pada  anak agar mereka tumbuh menjadi manusia yang beradab (insan adabi).
 
Sebelum masuk kelas dan berinteraksi dengan anak didik seyogyanya seorang guru menata hati dan mentalnya terlebih dahulu. Kontemplasi atau perenungan sangat dianjurkan untuk dilakukan sesering mungkin. Perenungan dapat dilakukan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan ke dalam jiwanya seperti siapa saya? Dari mana saya datang? Ke mana saya akan pergi? Mengapa saya diciptakan? Mengapa.saya menjadi guru? dst.... Beberapa contoh pertanyaan di atas adalah upaya seorang guru untuk mengenali dirinya  lebih baik sebelum ia mengenal anak didiknya.  Mengenal diri sendiri sangat bermanfaat untuk mengetahui emosi, pikiran dan motivasi seorang guru, dengan asumsi bila ia memahami kondisi jiwa dan kecenderungannya  niscaya ia akan lebih siap menghadapi siswa dan memahami karakteristiknya yang beragam dengan kematangan dan kedewasaan.
 
Karakteristik berasal dari kata karakter menurut arti kamus adalah tabiat, watak atau sifat- sifat kejiwaan. Menurut narasumber karakter bukanlah  sesuatu yang berasal dari lahir, tapi terbentuk dari lingkungan dan orang- orang sekitar. Ia menggambarkan hal khusus dan unik yang membedakan individu dengan individu lainnya. Karakteristik peserta didik bisa diartikan sebagai pola prilaku yang dimiliki  berhubungan dan berpengaruh pada proses belajar dalam mencapai cita- cita atau tujuan.
 
Mengapa guru harus memahami karakteristik siswanya? Karena dengan memahaminya guru dapat merancang pembelajaran yang sesuai dengan aspek yang ada dalam diri siswa seperti kemampuan umum, ekspektasi terhadap pembelajaran, ciri- ciri jasmani serta kondisi emosi anak serta latar belakang kehidupannya.
 
Beberapa ciri dan karakteristik anak dapat dikenali dari hal- hal berikut ini yaitu:
1. Sehat fisik dan psikis (psikologis)
2. Memiliki motivasi belajar
3. Senang mempelajari hal- hal baru, hasrat berprestasi dan berkompetisi
4. Mampu menyelesaikan persoalan dan tugas-tugas
5.Dapat menyesuaikan diri di lingkungan dan mengikuti aturan yang ada
 
Tulisan ini tentu terlalu singkat untuk menguraikan tentang karakteristik anak secara panjang lebar namun untuk.memudahkan pemahaman penulis mencoba mengutip PP no 19 tahun 2005 tentang standar nasional pendidik, bahwa perkembangan pembelajaran dilakukan dengan memperhatikan; tuntunan, bakat, minat, kebutuhan dan kepentingan siswa. Secara teoritik keadaan siswa berbeda dalam banyak hal yang meliputi perbedaan fitrah individual disamping perbedaan latar belakang keluarga, sosial, budaya, ekonomi dan lingkungan.
Contoh sederhana  menghadapi siswa yang sehat fisiknya tidak bisa disamakan dengan siswa yang  sering sakit- sakitan. Metode , tugas  yang diberikan juga penilaiannya tentu akan disesuaikan dengan kondisi masing- masing. Intinya memahami karakteristik anak menuntut guru untuk lebih bijaksana ( wise) memperlakukan setiap individu anak dengan  kekhasannya masing- masing tidak pukul rata dengan pendekatan yang seragam. Heterogenitas kelas dengan jumlah siswa yang banyak dalam kelas reguler adalah kenyataan yang harus dihadapi oleh para guru, sehingga mengenali karakteristik anak secara individu maupun kelompok menjadi tolok ukur bagi guru untuk merencanakan dan mengelola proses belajar mengajar sesuai kebutuhan.
 
Pada sesi sharing dan tanya jawab banyak kasus menarik yang muncul dan dikemukakan para guru tentang permasalahan anak didik di  kelas masing- masing. Beberapa permasalahan itu antara lain, bagaimana menghadapi anak yang pilih- pilih mata pelajaran dan akan mogok di sesi pelajaran yang bukan pilihannya? Bagaimana menghadapi anak yang bermasalah dalam toilet training?  Bagaimana mengahadapi anak yang diduga autis? Bagaimana menghadapi anak yang kedapatan mengambil barang temannya? Beberapa pertanyaan itu memantik penjelasan panjang lebar dan sangat menarik sehingga  memancing  datangnya tips-tips  baru untuk mengatasi berbagai persoalan tersebut. 
 
Menjadi guru memang tidak mudah terutama saat mendapati kondisi yang tidak ideal di lapangan.  Orangtua yang apatis terhadap permasalahan anak atau lingkungan rumah yang tidak kondusif menjadi kendala hal- hal baik yang sudah ditanamkan di sekolah tidak tumbuh seperti yang diharapkan. Kenyataan di atas rentan menimbulkan rasa frustasi bagi guru yang tidak siap karena ia akan merasa gagal dalam mengajar dan mendidik anak, sisi baiknya ini adalah tantangan bagi para guru untuk terus belajar dan bertumbuh dewasa sehingga tidak menjadi emosional menghadapi masalah anak didik yang beragam.
 
Seminimal apapun progres perubahan prilaku anak menjadi lebih baik  adalah prestasi yang seharusnya kita apresiasi. Mengapa? Karena hal itu akan memberikan aspek psikologis yang kuat bagi anak untuk memotivasi dirinya lebih baik lagi dan guru dapat membimbing anak untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Sekecil apapun keberhasilan anak didik kita  akan menggantikan semua kelelahan kita dengan kebahagiaan dan rasa syukur,  maka mengenal diri sendiri memaafkan kesalahannya adalah kunci kita mengenali keunikan masing- masing anak. Rasa cinta yang tumbuh di hati pada anak didik kita adalah konsekuensi logis dari kita mengenali mereka dengan baik. Rasa cinta adalah bentuk penghayatan dan kasih sayang seorang guru pada anak didiknya, ia memiliki memiliki makna yang sangat kuat dan mendasar yang dapat menjadi energi besar untuk mendorong  anak didik mencapai prestasi  gemilang di kemudian hari. Wallahu A' lam.
 
Redaktur : LPPA PDA Karanganyar
Shared Post: