Perempuan dan Cerdas Digital Oleh : Hayati Nufus Ishak
08 Juni 2022 08:31 WIB | dibaca 134

PEREMPUAN DAN CERDAS DIGITAL
Oleh : Hayati Nufus Ishak
Maraknya penggunaan teknologi komunikasi termasuk di dalamnya handphone dan smartphone di Indonesia tidak hanya terjadi di kalangan masyarakat perkotaan, tapi merambah juga ke pedesaan. Akses terhadap telepon pintar (smartphone) sangat mudah. Ini menjangkau siapa saja. Tidak hanya kaum profesional, pedagang kaki lima sampai pengamen pun tidak sulit mendapatkan perangkat ini. Murahnya harga smartphone dan tingginya permintaan masyarakat dari berbagai lapisan terhadap informasi dan komunikasi tampaknya menjadi alasan di setiap daerah kita temukan gerai-gerai handphone yang tidak pernah sepi pengunjung.
Kemudahan menjangkau informasi dan berkomunikasi banyak mengubah pola hidup dan perilaku kita. Bagaimanapun, teknologi canggih selalu bermata dua. Di samping mendatangkan manfaat namun juga berekses negatif pada kehidupan sosial kemasyarakatan kita.
Berangkat dari keprihatinan dan kepedulian terhadap masa depan generasi bangsa menghadapi dampak buruk dunia digital, Forhati Soloraya mengadakan kajian dan pertemuan rutin perdana secara offline pascapandemi Covid-19. Kegiatan berlangsung pada Ahad, 5 Zulkaidah 1443 H, dengan sohibul hajat Yunda Dr. Murfiah Dewi Wilandari bertempat di Soliz Coffee & Kitchen, Palur, Karanganyar. Kajian kali ini mengangkat tema “Perempuan dan Digital". Kajian dihadiri oleh separuh lebih anggota dengan mendatangkan narasumber Yunda Niken Satyawati, S.Sos, M.I.Kom. Yunda Niken adalah seorang kader Forhati yang juga anggota Presidium Masyarakat Antifitnah Indonesia (Mafindo). Dia tidak hanya expert di dunia digital, lebih dari itu juga sangat konsen terhadap gerakan pemberantasan hoax dan fitnah sesuai dengan visi-misi Mafindo, pemandu dan moderator kajian adalah Yunda Yuli Yulianingrum S.IP.
Menurut narasumber saat ini kita hidup di era yang memaksa kita akrab dengan dunia digital. Pengalaman kita di masa pandemi mengajarkan untuk lebih terampil menggunakan perangkat digital. Tujuannya agar kita tetap dapat beraktivitas walau tanpa tatap muka langsung harus melalui dunia maya (online). Model belajar anak- anak kita pun berubah menjadi pembelajaran jarak jauh (daring).
Ada sebuah akronim yang diperkenalkam narasumber yang masih sangat baru di telinga penulis yaitu GNLD singkatan dari Gerakan Nasional Cakap Digital. GNLD adalah gerakan yang digagas pemerintah dalam hal ini Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo). Kegiatan ini telah berlangsung sejak setahun yang lalu melalui kelas-kelas online. Di kemudian hari, akan dilanjutkan melalui kelas- kelas offline yang disebar di banyak tempat untuk mengedukasi masyarakat agar makin cakap digital. Kebetulan Yunda Niken adalah salah satu tutor dari Mafindo yang menemani masyarakat di kelas-kelas GNLD.
Cakap digital sendiri adalah kondisi dimana seseorang dinyatakan mampu mengetahui dan memahami tentang penggunaan perangkat digital. Dengan demikian orang yang bersangkutan mampu menghindari dampak yang bisa merugikan diri sendiri dan juga orang lain.
Agar menjadi cakap digital kita perlu mengenal perangkat keras dan lunak yang kerap digunakam termasuk mesin pencarian semisal Google, aplikasi percakapan seperti WhatsApp, aneka dompet digital seperti Dana, OVO, Gopay Shopeepay dan juga market place atau loka pasar, antara lain : Shopee dan Tokopedia dll. Selain itu kita juga perlu mengenal karakter-karakter media sosial antara lain Facebook, Instagram, Youtube, Tiktok dan sebagainya.
Cakap digital selain menuntut kita untuk memaksimalkan penggunaan smartphone guna mendapatkan sebanyak-banyaknya kemanfaatan, juga mendidik kita untuk waspada terhadap dampak negatif alat ini, di antaranya adalah penipuan di dunia maya, cyber bullying, cyber stalking, pemerasan, pelanggaran kesusilaan (pornografi) dan seterusnya.
Pada sesi sharing diajukan pertanyaan tentang mengapa masyarakat Indonesia banyak tertipu di dunia maya seperti pinjaman online (Pinjol), pembelian di loka pasar yang tidak sesuai ekpektasi dan sebagainya. Menurut narasumber, hal ini disebabkan tingkat literasi masyarakat Indonesia yang sangat rendah. Sehingga mereka mudah tertipu.
Pada sesi akhir disampaikan tentang beberapa tips agar kita dapat meminimalisir ekses negatif dunia maya terhadap diri, keluarga dan masyarakat, yaitu:
1. Menyediakan bacaan yang bermutu guna mendorong budaya literasi yang tinggi pada keluarga.
2. Menjalin kedekatan dengan anak, banyak membersamai mereka beraktivitas.
3. Menerapkan password yang kuat pada ponsel dan setiap akun medsos agar tidak mudah dibuka orang lain.
4. Menonaktifkan ponsel saat tidur. Mode pesawat bisa jadi opsi.
5. Tidak mengupload data pribadi di medsos seperti KTP, KK, nomor rekening, dll.
Tulisan ini tentu terlalu singkat untuk memaparkan belantara dunia digital. Hal yang patut kita insafi adalah ponsel atau smartphone, secanggih apapun adalah benda mati yang tidak akan memberi pengaruh apapun bila tidak ada operatornya, yaitu manusia yang menggunakannya. Tugas dakwah kita adalah bagaimana mendidik masyarakat menjadi sholeh. Maka otomatis keburukan dan kejahatan akan menyingkir dengan sendirinya. Wallahu a'lam.
____
(Penulis adalah Kepala MIM Bloran, anggota LPPA PDA Karanganyar, anggota Forhati Solo Raya)
Karanganyar, 7 Zulkaidah 1443 H
Redaktur : LPPA PDA Karanganyar