Kajian Rutin Ramadan oleh Nufus LPPA Karanganyar - Hari 8
20 April 2021 09:10 WIB | dibaca 506
CATATAN RAMADAN
Jabrul Khowatir
Jika kita menginformasikan kabar penting kepada teman dengan semangat berapi-api kemudian di akhir pembicaraan teman kita menimpali, "Aku sudah tahu!"
Bagaimana perasaan kita? Sepertinya tidak ada yang salah dengan jawaban tersebut karena mungkin teman kita memang sudah tahu informasi yang kita sampaikan. Bila kita mau jujur sebenarnya di lubuk hati terdalam kita tetap akan merasa kecewa dan sedih bukan?
Sama juga kalau kita bercerita sesuatu dan lawan bicara kita menanggapi dengan sesuatu kalimat yang lebih tinggi, dalam khazanah bahasa jawa disebut dengan munjuli. Peilaku demikian itu dalam jangka panjang akan mengganggu keharmonisan hubungan kita dengan siapapun.
Sering kali kita kurang peka terhadap perasaan orang lain sehingga acap kali melukai hati orang lain tanpa kita sadari. Semoga dengan tulisan ini kita lebih berhati- hati dalam menjaga perasaan orang lain.
Ketika memberi tausiyah pada kajian ahad pagi 6 Ramadan 1442 H di Masjid Baiturrahman Bloran, Kerjo Ustadz Samsuri mengingatkan tentang beberapa ibadah yang sering "terlupakan" oleh kita. Padahal nilainya sangat mempengaruhi kualitas ibadah kita yang lain. Ustadz Samsuri menyebutnya sebagai Ibadah mansiyah atau ibadah yang terlupakan. Ibadah tersebut adalah ibadah ridho, ibadah jabrul khowatir, ibadah qodhou hawaijinnas dan ibadah kalimah toyyibah.
Penulis menyorot pada ibadah Jabrul khowatir yaitu ibadah menggembirakan atau menghibur orang yang sedih/galau atau sedang tertimpa musibah atau menjaga perasaan orang lain. Menurut Ustadz Samsuri, ini adalah inti ajaran islam, Al Qur'an, Hadits serta ajaran para ulama.
Agama Islam dibangun di atas pondasi akhlakul karimah. Cara kita beragama akan tercermin dalam prilaku dan tutur kata sehari- hari. Rosulullah adalah teladan sempurna bagaimana mengimplementasikan islam dengan prilaku santun terhadap sesama makhluk bahkan terhadap benda-benda yang beliau miliki.
Ramadan adalah bulan paling efektif bagi kita untuk melatih sensor jiwa agar lebih tajam, lebih sensitif terhadap apa-apa yang mengganggu "mood" dan perasaan gembira saudara kita.
Jabrul Khowatir mengajarkan telinga kita untuk menjadi pendengar yang baik sebelum menjadi pembicara yang baik.
Wallahu a'lam.
Hayati Nufus, 8 Ramadan 1412 H, Boran, Kerjo, Karanganyar
----------------------------------------------------------------------------------
Redaktur : LPPA PDA Karanganyar