Kajian Rutin Ramadan oleh Nufus LPPA Karanganyar - Hari 4
16 April 2021 13:14 WIB | dibaca 359
CATATAN RAMADAN
Hari Keempat
Seorang Kyai pimpinan pondok ternama ditanya tentang amalan yang dia miliki sehingga pondoknya berkembang pesat dan mendunia.
Sang Kyai berkata bahwa ia tidak memiliki amalan khusus namun ia memberi nasehat pada siapa saja yang mengelola lembaga pendidikan untuk memperhatikan empat hal yaitu: materi, metode, guru dan jiwa sang guru. Penekanan yang terpenting di atas yang penting menurut sang kyai adalah pada pembangunan jiwa guru. Kemudian sang kyai melanjutkan nasehatnya tentang cara membangun jiwa melalui dua cara yaitu mendekat pada Allah dan mensucikan jiwa.
Seorang tokoh cendikiawan muslim Parni Hadi memberi nasihat menarik berkaitan dengan membersihkan hati. " Akademik tidak selalu berhubungan dengan keilmuan, keilmuan tidak selalu berhubungan dengan produktifitas. Produktifitas tidak selalu berarti kemanfaatan, kemanfaatan tidak selalu sesuai dengan etika. Etika bisa mencerminkan keagamaan seseorang, bersihkan hati semakin hati bersih berbagai realita dan tabir kehidupan semakin terbuka. Kebersihan hati nembuat seseorang semakin berprestasi dalam menjalani kehidupan.
Hati dalam bahasa arab adalah qolb sedangkan jiwa adalah nafs adakah beda antara hati dan jiwa? Menurut Imam Ghazali baik aql (akal), qalb (hati), nafs (jiwa) dan ruh adalah entitas yang sama. Ketika berbicara tentang daya pikir ia disebut aql, ketika berbicara tentang daya merasa dan memperoleh petunjuk Allah ia disebut qalb, ketika berkaitan dengan urusan tubuh ia adalah nafs sedangkan ketika kembali pada Tuhannya ia disebut ruh. Lebih mudahnya bisa kita ibaratkan pada peran dan fungsi seorang laki-laki dewasa yang berbeda-beda, di hadapan orangtuanya ia adalah anak, di hadapan anaknya ia adalah bapak, di hadapan istrinya dia adalah suami di hadapan gurunya ia adalah murid demikian seterusnya.
"Ketahuilah sesungguhnya di dalam tubuh manusia ada segumpal darah jika ia baik maka baiklah seluruh tubuhnya dan jika dia buruk maka buruklah seluruh tubuhnya , sesungguhnya segumpal darah itu adalah hati". (HR. Bukhori).
Kita dapat melihat semangat membangun jiwa sebelum tubuh sejak awal negara ini didirikan oleh para pejuang kita dahulu sebagaimana tertera dalam lagu kebangsaan kita Indonesia Raya:
..." Bangunlah jiwanya, bangunlah badannya untuk Indonesia Raya..."
Jika generasi hari ini tumbuh dalam didikan para guru yang hati-jiwanya kotor dan bermasalah tentu kita tidak dapat berharap banyak akan lahir generasi seperti para tokoh pejuang dan founding father pendiri bangsa ini, karena itu tema membersihkan hati dan mensucikan jiwa mendapat momentum yang sangat tepat di bulan Ramadan ini bagi kaum beriman terutama bagi para guru yang ingin meningkatkan kualitas pribadi dan keimanannya.
Puasa sangat efektif mengembalikan jiwa manusia pada fitrahnya yang suci, karena ada proses detox hati dari berbagai kotoran atau racun yang mengahalangi akal budi kita melakukan hal yang benar lagi tepat sesuai tuntunan wahyu, bukan hal yang utopis kalau kita letakkan harapan kebangkitan umat ini pada para guru yang mukhlisin yang suci dan tercerahkan hati dan jiwanya, sehingga sanggup membimbing para muridnya menjadi para pemimpin harapan umat, wallahu a'lam.
Hayati Nufus, 4 Ramadan 1412 H, Boran, Kerjo, Karanganyar
----------------------------------------------------------------------------------
Redaktur : LPPA PDA Karanganyar