'Aisyiyah

Gerakan Perempuan Muslim Berkemajuan

Berita
Best Practice LPPA PDA Karanganyar "Pilah Sampah Nabung Emas" Pemberdayaan Warga Sadar Lingkungan
26 Juni 2022 17:27 WIB | dibaca 582

BEST PRACTICE

PILAH SAMPAH NABUNG EMAS
Oleh : Arum Dyah Ripdianti, S.Pd., M.Pd

A. Pendahuluan

1. Latar belakang
Permasalahan global yang kita hadapi saat ini hadir di lingkungan terdekat kita. Mulai dari lingkup leluarga, RT, RW. Kampung, desa atau kelurahan, kecamatan, dan kabupaten, serta propinsi, bahkan sampai ke level dunia. Permasalahan apakah itu? Sampah yang tidak dapat di daur ulang menjadi permasalahan di penjuru dunia. Mirisnya permasalahan tersebut muncul dari kebiasaan individu yang saling mempengaruhi dalam suatu lingkungan, kemudian menjadi sebuah kebiasaan dalam masyarakat yang meniliki nilai positif atau negatif tergantung kebiasaannya.

Sebagai contoh permasalahan dalam sebuah lingkup keluarga yang setiap harinya menghasilkan rata-rata tiga kantong plastik berisi sampah basah (organik) dan plastik, kertas, botol, besi (anorganik). Jika dalam sebuah komplek perumahan setara Rukun Tetangga (RT) dihuni oleh sekitar 30 kepala keluarga (KK) dengan rata-rata menghasilkan tiga kantong sampah, maka sampah yang dihasilkan dalam kompleks tersebut 90 kantong sampah dalam sehari. Sampah yang dihasilkan dalam sebulan rata-rata 30 hari kali 90 kantong, yaitu 2.700 kantong plastik. Jika dalam sebuah desa atau kelurahan terdiri dari 10 komplek, maka akan ada 27.000 kantong sampah dalam satu bulan dari satu desa. Jumlah sampah akan menjadi semakin fantastis jika dihitung dalam lingkup kecamatan, kota kabupaten, provinsi, dan negara, bahkan lingkup benua.

Sampah yang dihasilkan dari sebuah keluarga, biasanya terdiri dari plastik, kertas, kardus, kaleng, botol minum, sisa makanan (nasi dan sayuran basi), pampers, pembalut, tisu dan lain-lain. Sampah identik barang yang kotor dan menjijikan. Hal tersebut menjadikan alasan kelaziman dalam memperlakukan sampah seadanya, hanya untuk dibuang. Alhasil sampah dikemas menjadi satu kantong penuh, tercampur antara sampah bersih dan kering dengan sampah basah, kotor dan bau. Kondisi tersebut menjadikan kondisi sampah dalam satu kantong identik dengan kotor, basah dan bau.

Kondisi sampah yang demikian menjadikan orang-orang abai dengan keberadaannya. Berupaya maksimal untuk menjaga kebersihan rumah dan lingkungan sekitarnya dengan memindahkan sampah dari rumah ke tempat lain. Banyak cara yang ditempuh untuk tahapan ini, mulai berlangganan jasa tukang sampah keliling, membuang sampah sendiri ke kebun sekitar rumah, bagi yang masih memiliki lahan yang luas. Bagi masyarakat perkotaan dengan lahan hunian yang sempit tidak memungkinkan melakukan hal tersebut. Sayangnya ada saja orang yang membuang sampah di sepanjang pinggir jalan raya, bantaran sungai dan lahan kosong yang tidak berpenghuni. Kategori terakhir yang jarang dijumpai adalah orang yang berkomitmen untuk mengolah sampahnya secara mandiri.

Masalah sampah erat hubungannya dengan kesehatan masyarakat dan lingkungan. Lingkungan sehat akan menjaga kondisi lingkungan dan masyarakatnya minim resiko ketika ada wabah penyakit. Demikian sebaliknya, lingkungan yang tercemari sampah menjadi sarang penyebaran penyakit, tentunya masyarakat sekitar memiliki peluang besar terkena penyakit. Upaya dalam penyelesaian masalah lingkungan yang berupa sampah sama halnya melakukan upaya menjaga kesehatan lingkungan. Harapan dalam upaya penanganan sampah tidak hanya sampai di rantai pertama, yaitu rumah tangga. Tanpa kesadaran masyarakat dalam pengelolaan sampah menjadikan gunungan sampah setiap hari akan bartambah tinggi dan lokasinya semakin meluas.

Sampah dapat menghasilkan nilai ekonomis jika dikelola dengan baik. Sayangnya masyarakat awam masih enggan untuk berbenah secara personal maupun komunal. Masalah sampah identik bersentuhan dengan peran perempuan dalam rumah tangga. Hal ini menjadi tantangan besar Aisyiyah sebagai ortom Muhammadiyah yang giat dalam gerakan perempuan berkemajuan. Gerakan Aisyiyah yang meliputi bidang lingkungan, kesehatan, kesejahteraan sosial, ekonomi dan pemberdayaan masyarakat.

2. Masalah
Masalah global yang dihadapi saat ini berkaitan dengan,
a. Bagaimana kebiasaan dalam mengelola sampah?
b. Bagaimana mengelola sampah sederhana?
c. Bagaimana cara meningkatkan nilai ekonomis sampah?

3. Tujuan
Kegiatan ini bertujuan supaya,
a. Masyarakat memiliki kesadaran dalam mengelola sampah.
b. Masyarakat dapat mengelola sampah secara sederhana.
c. Masyarakat dapat meningkatkan nilai ekonomis sampah.

4. Manfaat
Gerakan ini diharapkan dapat bermanfaat  yaitu,
a. Membangun komunitas sadar sampah mulai dari lingkungan keluarga.
b. Masyarakat dapat mengelola sampah sederhana secara swadaya,
c. Masyarakat mendapat keuntungan, nilai ekonomis dari pengolahan sampah.

5. Pendekatan
Penulis menggunakan pendekatan penelitian kualitatif studi kasus. Pendekatan yang menekankan pada aspek pemahaman masalah di  lingkungan masyarakat sehingga diperoleh hasil yang spesifik dalam menentukan solusi dari masalah yang dihadapi.

B. Metode
Penulis menggunakan metode kualitatif. Menurut Moleong (2007: 6) penelitian kualitatif sebagai penelitian yang bertujuan untuk memahami fenomena yang dialami oleh subjek penelitian. Lebih tepat digunakan untuk meneliti hal-hal yang berkaitan dengan penelitian perilaku, sikap, motivasi, persepsi dan tindakan subjek. Hal tersebut sesuai dengan bahasan masalah terkait dengan sampah.

C. Pembahasan

1. Masalah
Sampah merupakan salah satu faktor yang menyebabkan rusaknya lingkungan hidup yang sampai saat ini masih tetap menjadi masalah besar, yang mana dampak negatif yang ditimbulkan selain menurunkan higienitas dan kualitas lingkungan (Hartono, 2008). Menurut Undang-Undang RI Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan atau proses alam yang berbentuk padat.Pengelolaan sampah dimaksudkan adalah kegiatan yang sistematis, menyeluruh, dan berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah.

Program PILAH SAMPAH NABUNG EMAS merupakan salah satu program Qoriyah Toyyibah Pimpinan Daerah Aisyiyah (QTA PDA) Karanganyar yang dijalankan pada tahun 2021.  Program ini bermula dari inisiasi dari salah seorang anggota Aisyiyah di wilayah Pimpinan Cabang Aisyiyah (PCA) Colomadu, ranting Gedongan pada bulan November 2018. Sebelum program tersebut lahir, ada kegelisahan dengan kondisi sampah yang sering dijumpai di sepanjang jalan dan pekarangan kosong warga yang dijadikan sebagai tempat pembuangan sampah secara liar. Permasalahan umum sudah dipaparkan secara gamblang di bagian latar belakang.

Secara garis besar permasalahan yang muncul terkait dengan sampah diantaranya adalah belum adanya kesadaran masyarakat mulai dari lingkup pribadi dan keluarga dalam mengolah sampah. Kebiasaan yang lazim berjalan adalah pemahaman membuang sampah selesai sampai rumah terbebas dari sampah. Tanpa memperdulikan bagai mana proses selanjutnya, bagaimana dan dimana sampah tersebut berakhir. Kondisi tersebut baru dapat dikatakan sebagai proses memindahkan sampah. Sampah yang tidak terolah akan menjadi permasalahan berikutnya. Penumpukan sampah yang tidak dapat terurai di permukaan bumi akan memperluas wilayah yang tertutup sampah. Hal tersebut akan berpengajuh juga dengan kondisi air tanah, kualitas udara, ekosistem laut yang ternyata tidak luput dari imbas sampah global.

2. Sampah Organik
Kegelisahan tidak hanya berhenti dan menjadikannya berpangku tangan. Masalah menjadi motivasi untuk mencari solusi, mulai dari lingkungan keluarga. Mulai memilah sampahan anorganik dan mengelola sampah organik dengan beberapa metode. Kategori sampah organik berupa sisa makanan, sampah dapur, dan daun yang cukup banyak setiap harinya. Sampah ini penyumbang bau yang tidak sedap dan kondisi lingkungan yang kotor. Sampah organik dapat diolah mandiri dengan media, komposter, takakura, biopori sederhana, dan lubang sampah buatan. Hasil dari pengolahan sampah organik berupa Pupuk Organik Cair (POC), kompos, dan eco enzyme.

3. Sampah Anorganik
Sampah anorganik dapat dimanfaatkan sebagaimana sampah organik. Sampah anorganik penyumbang jumlah terbesar dari sampah yang dihasilkan keluarga. Sampah yang berupa plastik, botol minuman, kardus dan kertas pembungkus makanan menjadi kategori sampah tetap dan berjumlah banyak. Selain sampah tersebut ada juga yang berupa botol kaca, kaleng roti, seng, besi, botol minuman soft drink dari aluminium, kabel, sampah kantong semen dan lain-lain. Sampah inilah yang biasanya menjadikan volume sampah menjadi banyak. Sayangnya kategori sampah anorganik termasuk golongan sampah yang sulit diurai. Kondisi tersebut menjadikan sampah anorganik tidak dapat hancur diurai dalam tanah.

Sampah anorganik yang sudah dibuang di tempat pembuangan akhir atau di tempat pembuangan sampah sementara, tidak semua diambil oleh pemulung atau didaur ulang. Hal tersebut salah satu penyebabnya adalah sampah anorganik sudah tercampur dengan sampah organik yang menjadikan kondisi sampah menjadi bau, kotor, dan basah. Solusi mengelola sampah anorganik dengan cara melakukan pilah sampah. Sampah dipilah sesuai dengan jenisnya. Ketika sampah anorganik sudah terpilah dan terkumpul dalam jumlah banyak, tentunya akan menambah nilai ekonominya.

4. Bank Sampah
Program pilah sampah mulai dikembangkan di lingkungan sekitar dengan mengajak ibu-ibu satu RT untuk turut serta. Awalnya program pilah sampah hanya diikuti oleh 6 warga. Hasil akhir pilah sampah dikelola dengan program bank sampah. Program bank sampah bekerja sama dengan satu pengepul sampah yang dapat mewadahi hasil pilah sampah warga. Pengepul sampah merespon baik kegiatan pilah sampah yang dikerjakan warga dengan  melakukan penilaian secara ekonomis terkait dengan timbangan sampah yang didapatkan dan ditimbang berdasarkan tiap-tiap jenisnya. Kerja sama tersebut menghasilkan sebuah program aplikasi keuangan untuk bank sampah, sehingga warga mengetahui saldo tabungan dari hasil pilah sampah yang sudah dilakukan. Program aplikasi tersebut sudah mendata sekitar 40 jenis sampah anorganik.

Bank sampah menurut Univeler (2013) adalah suatu sistem pengelolaan sampah secara kolektif yang mendorong peran aktif masyarakat. Bank sampah yang dikelola komunitas Bijak sampah merupakan langkah konkrit gerakan Qoriyah Toyyibah PDA Karanganyar. Bank sampah tersebut bertujuan untuk edukasi sadar lingkungan dengan mengelola sampah secara mandiri dan menjadikan sampah tersebut bernilai ekonomis. Pengelolaan bank sampah diserahkan kepada masyarakat setempat. Adanya bank sampah dapat meningkatkan kemandirian dan keswadayaan warga dengan terbentuknya kesadaran, pengetahuan, dan kemampuan yang mendorong partisipasi masyarakat dalam mengelola lingkungan (Asteria, 2015). Pada prinsipnya sistem kerja bank sampah mengadopsi sistem bank pada umumnya. Bank Sampah ini hanya berbeda dalam bentuk tabungannya adalah sampah. Pengkonversian tabungan sampah menjadi tabungan uang merupakan suatu bentuk perubahan yang ditawarkan oleh Bank Sampah. Bank Sampah menerima tabungan berupa sampah tetapi dapat kembali dalam bentuk uang sehingga mampu mengubah image sampah yang notabennya negatif menjelma menjadi barang bernilai ekonomis (Bachtiar, 2015)

Pengelolaan bank sampah binaan Lembaga Lingkungan Hidup dan Penanggulangan Bencana (LLHPB) dan Lembaga Penelitan dan Pengembangan ‘Aisyiyah (LPPA) PDA Karanganyar menggunakan sistem sederhana. Hal tersebut menyesuaikan dengan potensi dan kultur masyarakat di wilayah Karanganyar, yang mayoritas wilayah pedesaan semi perkotaan dengan tingkat pendidikan perempuannya rata-rata SD, SMP dan SMA. Pengelolaan bank sampah dimulai dengan tahap sosialisasi ke lingkungan masyarakat. Awalnya sosialisasi di awal terbentuknya bank sampah hanya dengan menggunakan literasi di media sosial. Berangkat dari hal tersebut mulai bermunculan pegiat sampah yang tertarik dengan pengelolaan sampah.

Sosialisasi minimal menghadirkan tiga sampai lima orang yang berkomitmen untuk melaksanakan bank sampah. Pengajian dan rapat warga menjadi kegiatan yang tepat untuk mensosialisasikan program. Berdasarkan pengalaman, kegiatan sosialisasi akan kurang maksimal pemanfaatannya, tanpa disertai tantangan untuk melaksanakan program tindaklanjut. Dengan target program tindak lanjut ini, dalam waktu dua minggu ke depan, warga sudah mulai mempraktekkan tahapan bank sampah.

Tahapan selanjutnya adalah mengumpulkan dan memilah sampah. Sampah dipilah sesuai jenisnya. Berikut daftar jenis sampahnya:

Tahapan selanjutnya setelah memilah dan mengumpulkan selama satu bulan adalah membawa ke bank sampah. Bank sampah melakukan tahapan penimbangan, pencatatan dan penghitungan untuk dilaporkan kepada pengepul dan nasabah. Nasabah sampah adalah sebutan untuk warga yang mengikuti kegiatan bank sampah.

5. Tabungan Emas
Hasil tabungan di bank sampah sifatnya fleksibel. Tabungan dapat diambil sewaktu-waktu atau dibelikan logam mulia atau emas yang berukuran kecil. Pemilihan emas sebagai salah satu bentuk tabungan dari para nasabah bank sampah adalah edukasi ekonomi. Emas sudah terbukti secara turun temurun menjadi bentuk simpanan yang anti inflasi semenjak nenek buyut kita. Bank sampah mengedukasi warga bahwasanya dengan sampah dapat melakukan ikhtiar untuk menjaga bumi sekaligus mendapatkan keuntungan jangka panjang.

Beberapa nasabah beralasan menabung emas dari sampah untuk kepentingan investasi jangka panjang, diantaranya untuk kurban kambing dan ada yang berniat untuk umroh. Pengelolaan bank sampah membuka peluang meningkatkan nilai ekonomis sampah dan peluang usaha. Setiap koordinator bank sampah difasilitasi untuk menjadi penyedia logam mulia untuk memenuhi kebutuhan nasabahnya.

6. Pengembangan
Program Pilah Sampah Nabung Emas sudah memiliki 13 bank sampah di wilayah PCA Colomadu, 1 bank sampah di PCA Gondangrejo, 7 bank sampah di PCA Matesih. Selain wilayah PDA Karanganyar, bank sampah sudah berjalan di 3 tempat di wilayah Banyudono, Boyolali.

7. Masalah dan harapan
Edukasi untuk penyadaran masyarakat peduli sampah masih menjadi tugas panjang Aisyiyah. Lahan dakwah yang luas membuka peluang besar untuk syiar peduli lingkungan san meningkatkan nilai ekonomi sampah. Kendala yang dihadapi adalah minimnya kader dakwah yang berkomitmen dan berkompeten turun ke lapangan melakukan sosialisasi dan pembimbingan gerakan peduli sampah. Program persyarikatan Gerakan Peduli Sampah hanya bergaung di beberapa tempat tertentu dan belum menyeluruh.

Harapan besar Aisyiyah melalui LLHPB, LPPA dan LE bersinergi mengawal gerakan peduli sampah dengan target satu ranting satu bank sampah.

D. Kesimpulan
Berdasarkan paparan tersebut di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa kesadaran sebagian besar masyarakat awam dalam mengelola sampah masih sangat minim. Sebagian kecil sudah mulai peduli dan berkontribusi dalam pengelolaan sampah secara sederhana.

Pengelolaan yang dilakukan dengan memilah sampah anorganik dan organik. Bank sampah menjadi terobosan pengolaan sampah anorganik karena pengelolaanya relatif sederhana, pilah dan kumpulkan di rumah. Tahap selanjutnya setor ke bank sampah (timbang-catat-lapor). Melalui bank sampah dapat meningkatkan nilai ekonomis sampah, menjadi barang yang dapat dijual ke pengepul dan dapat dibelikan logam mulia.

E. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang ada, penulis menyampaikan saran terkait permasalahan yang ada. Sampah menjadi skala prioritas untuk program dakwah lingkungan Aisyiyah.  Aisyiyah melalui LLHPB, LPPA dan LE bersinergi mengawal gerakan peduli sampah dengan target satu ranting satu bank sampah.

F. Penutup
Demikian paparan Best Practice Pilah Sampah Nabung Emas yang telah dilaksanakan selama 2019 sampai saat ini. Permasalahan dan solusi yang beriringan menjadi penguat pelaksanaan program yang sudah berjalan. Kedepan masih perlu banyak perbaikan dan kerja sama dalam membangun umat dalam wadah bumi yang semakin tua semakin membutuhkan kepedulian kita.

Daftar Pustaka
Asteria, D., & Heruman, H. (2015). Bank Sampah Sebagai Alternatif Strategi Pengelolaan Sampah Berbasis Masyrakat di Tasikmalaya.

Redaktur : LPPA PDA Karanganyar

Shared Post: