Best Practice Ecoenzym
Oleh : Hayati Nufus, S.E., M.Ag.
BAB 1
LATAR BELAKANG
Hidup di lingkungan yang bersih dan sehat adalah dambaan setiap individu, karena setiap orang merasakan bahwa lingkungan yang bersih dan sehat adalah faktor penting dalam membangun masyarakat yang bahagia dan sejahtera. Manusia sebagai mahluk sosial tidak pernah terlepas dari interaksi dengan sesama dan lingkungannya, cara berinteraksi dengan sesama dan lingkungan akan sangat berpengaruh pada kualitas hidup setiap individu di dalam komunitasnya masing-masing. Suka atau tidak pengabaian pada faktor lingkungan akan menjadi masalah bagi keberlangsungan hidup manusia dalam jangka pendek maupun panjang. Sayangnya tidak semua orang menyadari bahwa menciptakan lingkungan yang ideal harus diupayakan oleh semua individu masyarakat dengan cara bekerja sama saling bahu membahu sesuai aturan yang disepakati bersama.
Ketidakpedulian terhadap isu lingkungan yang dilakukan oleh segelintir orang di sebuah masyarakat kemudiandiikuti olehprilaku acuh tak acuh terhadap kebersihan lingkungan tidak hanya menimbulkan efek negatif pada individu yang bersangkutan namun dalam jangka panjang berpotensi membahayakan masyarakat sekitar dalam cakupan lebih luas, seperti kata pepatah akibat nila setitik rusak susu sebelanga.
Salah satu lsu lingkungan yang sangat krusial adalah masalah pengelolaan sampah yang dihasilkan oleh setiap rumah tangga dalam sebuah masyarakat. Pertambahan penduduk yang tinggi diiringi dengan tren kuliner yang semakin digemari oleh setiap lapisan masyarakat memberi andil besar pada tumpukan sampah di mana-mana. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan pada tahun 2020 menaksir timbunan sampah di Indonesia sebesar 67,8 juta ton angka yang cukup fantastis dalam menyumbang pencemaran maupun polusi lingkungan.
Sampah adalah barang yang sudah tidak terpakai dan dibuang oleh pemiliknya. Sebagaimana diketahui, berdasarkan sifatnya, sampah digolongkan menjadi dua jenis, yaitu sampah organik dan sampah anorganik. Sampah organik yaitu sampah yang dapat mengalami pembusukan (dekomposisi) dan terurai menjadi bahan yang lebih kecil.
Sampah organik biasanya berasal dari mahluk hidup, baik manusia, hewan maupun tumbuhan. sampah organik dibagi dua yaitu sampah organik basah dan sampah organik kering. Sampah organik basah adalah memiliki kandungan air tinggi sedangkan sampah organik kering memilikikandungan air rendah atau sedikit. Contoh : sampah organik sisa makanan, daun, ranting, kulit buah, kulit sayuran dll. Sedangkan sampah anorganik, yaitu : sampah yang biasanya dihasilkan dari olahan pabrik mempunyai karakteristik sulit membusuk dan tidak dapat terurai seperti botol plastik, plastik kemasan makanan, kemasan detergen, kaleng dst.
Aisyiah Ranting Karangrejo adalah sebuah organisasi di bawah koordinasi Pimpinan Cabang Aisyiyah (PCA) di wilayah kecamatan Kerjo sejak sebelum pandemi covid-19 melanda Indonesia sudah mulai menggalakkan kegiatan peduli lingkungan dengan banyak memberikan edukasi tentang pentingnya pengelolaan sampah yang benar guna terciptanya lingkungan yang bersih sehat dan nyaman. Kegiatan edukasi dilakukan pada forum majlis taklim dua pekanan dan majlis taklim bulanan pengurus. Forum majlis taklim adalah program rutin yang dilaksanakan Aisyiyah Ranting Karangrejo setiap bulan sebagai sebuah kegiatan keilmuan yang bertujuan untuk mencerdaskan anggota Aisyiyah dan masyarakat sekitarnya.
Membangun kesadaran dan kepedulian tentang pentingnya menjaga lingkungan agar bersih dan sehat di kalangan anggota Aisyiyah ranting karangrejo dimulai dari pemberian materi fiqh lingkungan hidup dan kajian tafsir Al-Quran tentang lingkungan dan alam semesta. Melengkapi subjek kajian pimpinan Aisyiyah ranting tidak lupa bekerjasama dengan pihak luar untuk memberi sosialisasi tentang pengelolaan sampah yang benar dan mendatangkan nilai ekonomis, diantaranya dengan mengajarkan metode pilah sampah dan pembuatan cairan pembersihrumah tanggaserbaguna (ecoenzym) atau disingkat dengan EE dengan memanfaatkan sampah kulit buah dan sayur. Merubah mindset masyarakat tentang pentingnya pengelolaan sampah untuk menciptakan lingkungan yang bersih, sehat dan nyaman bukanlah hal yang mudah, disamping kondisi lingkungan khas pedesaan yang masih menyediakan pekarangan yang luas untuk pembuangan sampah,kurangnya pengetahuan tentang manfaat ekonomis dalam pengelolaan sampah juga menyebabkan mereka enggan direpoti dalam pengelolaan sampah seperti memilah sampah organik dan anorganik atau membuat fermentasi EE.
Hal itu yang menyebabkan program pilah sampah dan pembuatan ecoenzym belum dilakukan secara massif oleh semua anggota Aisyiyah Ranting Karangrejo dan masyarakat sekitarnya. Namun demikian ada juga sebagian kecil anggota Aisyiyah Ranting Karangrejo yang sudah melaksanakan program pengelolaan sampah berdasar ilmu yang didapat sejak masa pandemi covid sampai saat ini. Kedepannya program pembuatan ecoenzym akan disosialisasikankembali tidak hanya dikalangan anggota asyiyah ranting namun juga menggandeng pihak-oihak lain yang dapat bekerjasama untuk menyukseskan program iniseperti PCA Kerjo, PKK desa, darma wanita, forum majlis taklim dll.
TUJUAN
Adapun tujuan penulisan best practice ini sebagai berikut :
1. Mensosialisasikan pembuatan ecoenzym pada anggota Aisyiyah Ranting Karangrejo dan masyarakat sekitar.
2. Mengubah paradigma masyarakat dalam mengelola sampah dari barang yang tidak berguna menjadi barang yang bermanfaat.
3. Menggiatkan aisyiyah ranting dalam kegiatan pemberdayaan masyarakat sebagai sarana dakwah bilma’ruf.
Beberapa manfaat penulisan best practice yang diharapkan dapat terwujud, yaitu :
1. Meminimalisir sampah rumah tangga terutama sampah kulit buah dan sayur (organik).
2. Meminimalisir penggunaan pembersih yang mengandung bahan kimia produk pabrikan agar lingkungan tidak tercemar.
3. Menghemat anggaran rumah tangga.
4. Mengurangi efek berbahaya pembersih pabrikan seperti detergen, sabun mandi, sampo dll dengan cara mencampur pembersih pabrikan dengan cairan ecoenzym.
5. Menciptakan lingkungan yang bersih, sehat, dan nyaman.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Ecoenzym atau kita singkat EEadalah cairan serbaguna yang merupakan hasil fermentasi dari kulit buah/sayur dikembangkan oleh Dr. Rosukon Poompanvong pendiri Asosiasi Pertanian Organik Thailand yang melakukan penelitian selama 30 tahun. EE diperkenalkan lebih luas oleh Dr. Joean Oon seorang peneliti Naturopathi dari Penang Malaysia. Latarbelakangpenelitian EE adalah kenyataan bahwa sekitar 60%sampai 70%dari sampah yang terkumpul di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sebagian besar merupakan sampah organik. Sampah organikselain menimbulkan masalah lingkungan dari proses pembusukan juga menyumbang pembentukan gas Methana, gas rumah kaca yang menyebabkan efek pemanasan global, dengan mengolah sampah dalamproses pembuatan ekoenzym diyakini akan akan mengurangi beban TPA.
Ecoenzym adalah hasil dari fermentasi limbah dapur organik seperti kulit buah dan sayur, dicampur dengan gula (gula coklat, gula merah atau gula tebuatau molase) dan air, dengan membuat EE kita mengurangi produksi limbah kimia sintetis dan sampah plastik sisa kemasan produk rumah tangga pabrikan.
Pembuatannya ecoenzym membutuhkan container berupa wadah yang terbuat dari plastik, penggunaan bahan yang terbuat dari kaca sangat dihindari karena dapat menyebabkan wadah pecah akibat aktivitas mikroba fermentasi. Berat EE yang dibuat disarankan 60% dari kapasitas wadah plastik yang digunakan dan ecoenzyme tidak memerlukan lahan yang luas untuk proses fermentasi seperti pada pembuatan kompos dan tidak memerlukan bak komposter dengan spesifikasi tertentu.
Jenis sampah organik yang diolah menjadi ecoenzyme hanya sisa sayur atau buah yang mentah (kulit buah, potongan sayuran, sisa buah dll) ditambah dengan gula (gula merah dan molase) dan air( air keran, air hujan, air bekas cuci beras, air buangan ac dll). Fermentasi yang menghasilkan alkohol dan asam asetat yang bersifat disinfektan hanya dapat diaplikasikan pada produk tanaman karena kandungan karbohidrat (gula) di dalamnya.
Proses fermentasi akan berlangsung 3 bulan. Bulan pertama, akan dihasilkan alcohol, kemudian pada bulan kedua akan menghasilkan cuka dan pada bulan ketiga menghasilkan enzyme. Pada bulan ketiga, EE kita sudah bisa dipanen. Caranya adalah dengan menyaring menggunakan saringan santan, kain yang sudah tidak terpakai atau baju juga bisa digunakan untuk saringan.
Sisa atau ampas EE dapat kita gunakan untuk beberapa manfaat seperti :
1. Sebagai starter (ease) atau untuk membantu mempercepat proses pembuatan EE selanjutnya.
2. Untuk membantu proses penguaraian di dalam septitank. Untuk itu, ampas ini kita hancurkan dan masukkan ke dalam saluran toilet.
3. Sebagai kompos dengan cara meletakkannya selapis demi selapis di dalam tanah.
Berikut merupakan beberapa manfaat cairan ecoenzym :
1. Sebagai Cairan Pembersih
2. Pupuk tanaman
3. Aplikasi Kesehatan dan kecantikan
Ecoenzym berguna untuk menyuburkan tanah dan tanaman, menghilangkan hama, dan meningkatkan kualitas dan rasa buah dan sayuran yang kitatanam. Aplikasi: campurkan 30 ml Ecoenzym ke dalam 2 liter air. Masukkan campuran larutan air dan Ecoenzym ini ke dalam botol semprot dan semprotkan ke tanah di sekitar tanaman atau langsung ke tanaman bilatanamankitaterkontaminasi oleh hama. Sebagai catatan jangan gunakan 100% larutan ecoenzym ke tanah atau tanaman karena akan membuat tanah asam dan “membakar” tanaman.
4. Pengusir hama
Ecoenzyme sangat efektif untuk mengusir hama tanaman seperti anggrek dan sayu-sayuran bahkan hama atau hewan yang mengganggu di sekitar rumah, seperti kecoa, semut, lalat, nyamuk, dan serangga lainnya. Aplikasi: campurkan 15 ml Ecoenzyme ke dalam 500 ml air. Masukkan campuran larutan air dan Ecoenzyme ini kedalam botol semprot dan semprotkan ke area yang kitatargetkan untuk bebas hama
5. Melestarikan lingkungan
Larutan pembersih komersial yang ada sekarang sering kali mengandung berbagai jenis senyawa kimia seperti fosfat, nitrat, amonia, klorin dan senyawa lain yang berpotensi mencemari udara, tanah, air tanah, sungai dan laut. Penggunaan Ecoenzym sebagai larutan pembersih alami berkontribusi menjaga lingkungan bumi kita.
CARA PEMBUATAN ECOENZYM
Bahan :
Gula : Sampah Organik (sayur atau buah mentah) : Air = 1: 3:10
Contohnya :
100 g gula: 300g kulit buah: 1000 ml air (berat air dihitung gram untuk 1000 ml atau 1 liter sama dengan 1000 gr)
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
Majlis taklim Aisyiyah Ranting Karangrejo telah menginisiasi pembuatan cairan pembersih serba guna (ecoenzym) dengan memanfaatkan sisa kulit buah dan sayur sejak tahun 2019 beberapa bulan sebelum wabah covid-19 melanda Indonesia. Sosialisasi di forum kajian pengurus majlis taklim dilakukan oleh ketua ranting Aisyiyah Karangrejo Kerjo, dilanjutkan dengan praktek pembuatan ecoenzym dengan memanfaatkan sampah kulit buah yang saat itu cukup melimpah karena sedang musim panen. Aadapun kulit buah yang tersdia adalah kulit mangga, kulit jeruk lemon, kulit jeruk nipis, kulit pisang, kulit semangka, dan kulit melon.
Pembuatan Ecoenzym dimulai dengan menyiapkan botol bekas air mineral ukuran 600 mili sebanyak 5 buah dan toples plastik bekas makanan ringan sebanyak 3 buah. Bahan lain yang disiapkan, yaitu : gula merah, air PDAM, timbangan digital, dan pengaduk kayu. Langkah selanjutnya menimbang gula dan kulit buah masing-masing disesuaikan dengan wadah yang tersedia. Menggunakan rumus pembuatan ecoenzym, yaitu 1:3:10, satu untuk ukuran gula, tiga untuk ukuran kulit buah dan sepuluh untuk ukuran air. Untuk botol mineral ukuran 600 mili ditimbang air ukuran 350 gram, gula merah 35 gram dan kulit buah 105 gram. Untuk kulit buah agar bisa masuk ke dalam mulut botol air mineral diiris kecil-kecil. Untuk toples plastik yang berkapasitas 1500 mili disiapkan air 1000 gram, gula 100 gram dan kulit buah 300 gram.
Tahap selanjutnya memasukkan satu per satu bahan yang sudah ditimbang untuk masing-masing wadah yang sudah disiapkanyaitubotol mineral ukuran 600 mili dan toples plastik ukuran 1500 mili, setelah semua bahan masuk ke masing-masing wadah selanjutnya diaduk agar gula larut dan bercampur dengan air, tahap selanjutnya memberi label tanggal pembuatan, bahan fermentasi dan menutupnya dengan rapat-rapatkemudian meletakkannya di tempat yang bersih dan tidak terkena sinar matahari langsung.
Pada hari pertama dan kedua tutup botol dibuka sebentar kemudian ditutup kembali, pada hari ketiga sudah mulai keluar gelembung-gelembung sehingga ketika tutup botol mineral dibuka mulai terdengar suara mendesis perlahan seperti suara gas yang lepas. Tutup buka botol dilakukan sampai satu pekan, pada hari ketujuh botol mineral terasa mengembang dan mengeras Ketika dibuka perlahan-lahan keluar suara mendesis cukup keras dan meledak sehingga tutup terlempar dan isi ecoenzym meluap dan tumpah, kejadian tersebut menjadi catatan bagi anggota ranting Aisyiyah yang membuat ecoenzym agar tidak menggunakan botol plastik air mineral sebagai wadah pembuatan EE karena rawan terjadi ledakan. Sedangkan wadah yang menggunakan toples plastik dengan leher yang lebar relative lebih stabil dan aman tidak ada letupan bahkan ledakan setelah tiga bulan masa fermentasi EE terlewati dan saat memanen EE tiba didapatilah hasil sebagai berikut:
1. Cairan EE berwarna coklat muda cerah bau segar jeruk (bahan kulit jeruk lebih dominan).
2. Cairan EE berwarna coklat tua cenderung keruh bau tape segar khas fermentasi (kulit buah yang digunakan campuran jeruk, manga, melon, pisang).
3. Cairan EE menghasilkan jamur putih di permukaannya (jamur ini sudah terbentuk di pekan pertama fermentasi EE).
4. Cairan EE warna gelap dipenuhi jamur hitam pada permukaannya dan mengeluarkan bau got dan ada belatung kecil-kecil putih di permukaan dan di dinding wadah, hal ini mengindikasikan pembuatan EE gagal. Faktor penyebab diduga ini terjadi karena tutup kurang rapat saat fermentasi.
Setelah melakukan rangkaian eksperimen dan aplikasi EE yang sudah selesai masa fermentasi Langkah selanjutnya ketua aisyiyah ranting Karangrejo beserta pengurus mengumpulkan testimoni untuk penggunaan EE untuk kebutuhan pembersih rumah tangga atau kesehatan di kalangan anggota dan pengurus Aisyiyah ranting Karangrejo diantaranya didapatkan hasil berikut :
1. Penggunaan cairan EE untuk cuci piring dengan cara mencampurkan EE dan cairan sabun cuci piring cair dengan rumus 1:1:10, 1 takaran EE 1 takaran sabun cuci piring dan 10 takaran air dicampur dan dikocok dalam botol kemudian digunakan untuk mencuci piring. Hasilnya mudah menghilangkan kotoran lemak dan minyak yang membandel, mudah menghilangkan bau amis pada perabot rumah tangga piring, mudah menghilangkan minyak pada permukaan kompor gas dan mudah membersihkan karat.
2. Penggunaan sebagai pembersih lantai dengan mencampurkan satu sampai dua tutup air mineral cairan EE dengan satu liter air didapati hasil lantai lebih kesat, menghilangkan bau yang tidak sedap, megusir serangga yang biasa ada di lantai seperti semut dan kecoa.
3. Penggunaan sebagai campuran pembersih rambut dengan rumus 1:1:5 satu untuk EE satu untuk shampo dan 5 untuk air, khasiat yang sudah dirasakan mengurangi kerontokan rambut yang cukup signifikan.
4. Penggunaan EE untuk perendaman buah atau sayur dengan takaran satu tutup botol air mineral dicampr dengan air secukupnya wadah yang digunakan untuk merendam buah, kemudian didiamkan selama 45 menit sampai satu jam setalh itu bilas dengan air mengalir kemudian masukkan kantong plastic atau wadah tertutup simpan di dalam kulkas bagian chiler. Setelah satu pekan buah dan sayurmasih kelihatan segar seperti baru petik yang digunakan adalah buah jeruk peras, daun bawang dan sayur bayam.
5. Penggunaan jamur EE untuk kulit yang gatal atau terbakar. Saat memfermentasi EE biasanya akan keluar jamur di atasnya berwarna putih jamur bisa digunakan tanpa harus menunggu masa fermentasi selesai. Testimoni anggota yang menggunakan EE untuk kulit yang melepuh terciprati minyak goreng panas ternyata mempercepat penyembuhannya dan menghilangkan gatal-gatal pada tangan atau kaki akibat serangga atau lainnya.
BAB IV
SIMPULAN DAN REKOMENDASI
Paparan di atas adalah best practice yang telah dilakukan oleh Aisyiyah Ranting Karangrejo Kecamatan Kerjo Kabupaten Karanganyar dalam lingkup yang masih terbatas, melihat hasil yang diperoleh maka dapat ditarik kesimpulan tentang manfaat pembuatan EE sebagai berikut :
1. mengurangi beban sampah di TPA (tempat pembuangan akhir)
2. mengurangi penggunaan produk pembersih rumah tangga yang Sebagian besar mengandung bahan sintetis berbahaya bagi Kesehatan manusia dan lingkungan.
3. Mengurangi produksi limbah kimia sintetis dan sampah plastik sisa kemasan produk pembersih rumah tangga pabrikan.
4. Menerapkan gaya hidup minim kimia sintetis.
5. Menjaga lingkungan hidup tetap bersih, sehat, dan nyaman.
Adapun hal-hal yang perlu disampaikan setelah memahami manfaat yang besar dari aplikasi EE dalam kegiatan di rumah tangga yaitu rekomendasi kepada Ranting Aisyiyah Karangrejo untuk melakukan hal-hal berikut ini :
1. Mensosialisasikan pembuatan EE bekerjasama dengan PCA Kerjo, TP PKK desa, darma wanita dan majlis taklim di lingkungan kecamatan Kerjo.
2. Gerakan membagi-bagikan EE enzyme di kelompok masyarakat sekitar agar EE lebih dikenal dan diketahui kemanfaatannya oleh masyarakat.
3. Mengunggah testimoni warga pengguna EE ke media sosial : Youtube, Facebook, Instagram dll.
4. mengajak masyarakat untuk peduli lingkungan dengan mendorong memanfaatkan sampah organik untuk pembuatan EE di dalam keluarga.
DAFTAR PUSTAKA
1. https://dlh.cimahikota.go.id/article/detail?id=21,ecoenzym
2. Modul Belajar Pembuatan EcoEnzym 2020 (ngajaga bumi)
3. Mengubah Sampah Organik Menjadi Eco Enzym Multifungsi: Inovasi di Kawasan Urban, Dedikasi: Community Service Report (vol.4 Issue 1/Januari 2022)
4. Pelatihan Pengolahan Sampah Organik dengan Metode Eco Enzym, Indonesian Journal Of Community Service; vol1 no 1 Maret 2021, E-ISSN:2775-2666
LAMPIRAN
Ecoenzym 10 hari fermentasi
Ecoenzym 2 bulan fermentasi
Ecoenzym 2 bulan fermentasi, permukaannya sudah tertutup jamur
Ecoenzym 3 bulan fermentasi, setelah dipanen
Sosialisasi ecoenzym oleh pimpinan ranting Aisyiyah Karangrejo
Redaktur : LPPA PDA Karanganyar